Selasa, 06 Desember 2011

SESAT, RITUAL MINUM ARAK, TANPA BUSANA DAN BERZINA

Warga Gerebek Aliran Sesat di Lombok Saat Gelar Ritual Tanpa Busana

LOMBOK (voa-islam.com)Warga Lombok gerebek aliran yang mengajarkan prosesi aneh dengan meminum arak dan bercampur dengan wanita saat ritual.

Disinyalir mengajarkan aliran sesat, sekelompok orang yang sedang melakukan ritual di wilayah Gubuk Pecatu, wilayah Kampung Sasak desa Spersiapan Seruni Mumbul kecamatan Pringgebaye, Lombok timur, Sabtu (3/12/11) sekitar pukul 22.00 WITA, digerebek warga Labuhan Lombok.

Puluhan warga didampingi sekitar 18 anggota Polsek Pringge Baye, melakukan penggerebekan. Sebanyak enam orang termasuk ketuanya, Khaeruddin Ali, 50 tahun, digelandang ke Mapolsek Pringgebaye.
Menurut warga, jika pelaku tersebut dibawa ke Polsek Pringgabaya menggunakan sedan milik ketua aliran sesat. “Saat kami datang, mereka sedang melakukan ritual. Ketuanya tidak menggunakan pakaian saat memimpin ritual yang diikuti sekitar 50 orang dari berbagai wilayah, kata Abu Akmal dari Forum Umat Islam yang tidak menerima realita penyesatan umat ini.

Tidak puas hanya menangkap ketua aliran sesat ini, Ahad (4/12/11) sekitar pukul 10.00 WITA, puluhan warga kembali mendatangi lokasi yang berjarak sekitar 500 dari Gubuk Pecatu tersebut. Menempuh jalan setapak dan berbatu, rombongan masa dan juga wartawan  mendapati lokasi sepi. Dua orang suami istri, terlihat sedang melakukan aktivitas di rumah yang berdiri di lahan sekitar 50 are tersebut.

Melihat masa datang cukup banyak, mereka tidak berani melakukan pencegahan dan membiarkan masa menggerebek tempat tersebut. Sementara masa memasuki rumah mengumpulkan beberapa media yang dijadikan menjalankan ritual. Beberapa jeriken berkapasitas 30 liter bekas minuman tuak yang tersisa di botol air mineral, ditumpuk dan dikeluarkan. “Kumpulkan semua barang bukti, jangan dibakar,” kata Abau Akmal.

Sebagian tempat tersebut berlantaikan keramik, dengan sebuah gong yang tergantung di dinding yang dibolongi pada sisi utara bangunan. Sementara pada ujung raungan sebelah selatan tersebut, terdapat kelambu (terbuat dari kain berbentuk kotak dan tergantung) dikatakan sebagai tempat ritual. Di ruangan itu pula, berserakan beberapa senjata tajam (sajam) dan beberapa botol berem serta alat musik seperti seruling dan beberapa kain termasuk pakaian dalam wanita.

“Rusak dan bakar tempat maksiat ini!” teriak salah seorang memberikan komando. Setelah menyingkirkan barang-barang yang akan menjadi bukti dan barang berharga milik penjaga rumah tersebut, seperti pakaian, beras, ternak, masa kemudian melakukan pembakaran.

”Kami khawatir jika ini tidak segera diberantas akan dapat merusak akhlak umat. Baru tiga bulan saja pengikutnya sudah 50 orang, bayangkan jika terus dibiarkan,” jelas Amaq Anton.

Dikatakannya, Amaq Nurdin yang dikatakan dulu fanatik terhadap syariat Islam, kini malah menjadi orang kedua, “Ia (Amaq nurdin) tidak pernah meninggalkan shalat dan menjadi dan menjadi sesepuh kami di kampung Darek, kini ia telah menjadi kepercayaan Datok, melakukan ajaran sesat,” jelasnya.

Amaq Nurdin dan istrinya, hanya bisa termangu menyaksikan rumah yang sejak tiga bulan diurus dan pelihara, ludes dalam sekejap dilalap api. “Saya hanya menjalankan ini, upah makan karena saya miskin”, katanya saat dimintai keterangan terkait keberadaannya ditempat tersebut selama ini.

Mungkin tidak mampu menahan emosi  saat diwawancarai wartawan, ia seperti orang kesurupan dan mengatakan jika ia ingin membuktikan keberadaan Tuhan, “Siapa sebenarnya Tuhan, itu yang saya cari,” katanya dengan badan kaku, seperti orang sedang kesurupan.

Beberapa orang berusaha merangkulnya. Demi terjadi hal yang tidak di inginkan. Amaq Nurdin berusaha diruqyah dengan dibacakan ayat-ayat al-Qur’an oleh beberapa orang, hingga ia sadar dan mengaku jika kelompok yang ia ikuti ini merupakan ajaran baik yang juga mengajarkan kebaikan. Namun saat ditanya bacaan apa yang diamalkan saat ritual dan kenapa meminum arak serta bercampur dengan wanita saat ritual, ia tidak dapat menjawab.

Akhirnya meminta kepada aparat kepolisian yang datang setelah pembakaran, untuk mengamankan Amaq Kidin, panggilan akrab Amaq Nurdin, 50 tahun oleh aparat. Ia juga digelandang di Mapolsek Pringgabaya. “Tidal malal (malam Minggu, red) kami bersama warga ke TKP dan mengamankan 6 orang”, kata Kapolres Peringge Baye, AKP Eko Mulyadi didampingi  Wakapolres Lotim, Kompol Darsono Setioaji SIK.
Bersama kelompok masyarakat yang kontra, pihaknya berjumlah 18 orang mendatangi  tempat tersebut dan melakukan nego, hingga mengamankan sejumlah orang tersebut.  “Kelompok ini telah melakukan penistaan agama, adapun untuk pembuktiann aliran ini masuk sesat atau bukan, masih perlu pembuktian”, jelas Darsono.
Pihak akan melakukan koordinasi dengan Depag dan Bangkesbangpol, guna memastikan status kelompok tersebut nantinya. Sementara beberapa anak buahnya dari Selong dan hingga Polsek Pringgebaya terlihat sudah meluncur ke TKP. (Ial/radar-lombok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar