Warga Gerebek Aliran Sesat di Lombok Saat Gelar Ritual Tanpa Busana
LOMBOK (voa-islam.com) – Warga Lombok gerebek aliran yang mengajarkan prosesi aneh dengan meminum arak dan bercampur dengan wanita saat ritual.
Disinyalir mengajarkan aliran sesat,
sekelompok orang yang sedang melakukan ritual di wilayah Gubuk Pecatu,
wilayah Kampung Sasak desa Spersiapan Seruni Mumbul kecamatan
Pringgebaye, Lombok timur, Sabtu (3/12/11) sekitar pukul 22.00 WITA,
digerebek warga Labuhan Lombok.
Puluhan warga didampingi sekitar 18
anggota Polsek Pringge Baye, melakukan penggerebekan. Sebanyak enam
orang termasuk ketuanya, Khaeruddin Ali, 50 tahun, digelandang ke
Mapolsek Pringgebaye.
Menurut warga, jika pelaku tersebut
dibawa ke Polsek Pringgabaya menggunakan sedan milik ketua aliran
sesat. “Saat kami datang, mereka sedang melakukan ritual. Ketuanya
tidak menggunakan pakaian saat memimpin ritual yang diikuti sekitar 50
orang dari berbagai wilayah, kata Abu Akmal dari Forum Umat Islam yang
tidak menerima realita penyesatan umat ini.
Tidak puas hanya menangkap ketua aliran
sesat ini, Ahad (4/12/11) sekitar pukul 10.00 WITA, puluhan warga
kembali mendatangi lokasi yang berjarak sekitar 500 dari Gubuk Pecatu
tersebut. Menempuh jalan setapak dan berbatu, rombongan masa dan juga
wartawan mendapati lokasi sepi. Dua orang suami istri, terlihat sedang
melakukan aktivitas di rumah yang berdiri di lahan sekitar 50 are
tersebut.
Melihat masa datang cukup banyak,
mereka tidak berani melakukan pencegahan dan membiarkan masa
menggerebek tempat tersebut. Sementara masa memasuki rumah mengumpulkan
beberapa media yang dijadikan menjalankan ritual. Beberapa jeriken
berkapasitas 30 liter bekas minuman tuak yang tersisa di botol air
mineral, ditumpuk dan dikeluarkan. “Kumpulkan semua barang bukti,
jangan dibakar,” kata Abau Akmal.
Sebagian tempat tersebut berlantaikan
keramik, dengan sebuah gong yang tergantung di dinding yang dibolongi
pada sisi utara bangunan. Sementara pada ujung raungan sebelah selatan
tersebut, terdapat kelambu (terbuat dari kain berbentuk kotak dan
tergantung) dikatakan sebagai tempat ritual. Di ruangan itu pula,
berserakan beberapa senjata tajam (sajam) dan beberapa botol berem
serta alat musik seperti seruling dan beberapa kain termasuk pakaian
dalam wanita.
“Rusak dan bakar tempat maksiat ini!”
teriak salah seorang memberikan komando. Setelah menyingkirkan
barang-barang yang akan menjadi bukti dan barang berharga milik penjaga
rumah tersebut, seperti pakaian, beras, ternak, masa kemudian melakukan
pembakaran.
”Kami khawatir jika ini tidak segera
diberantas akan dapat merusak akhlak umat. Baru tiga bulan saja
pengikutnya sudah 50 orang, bayangkan jika terus dibiarkan,” jelas Amaq
Anton.
Dikatakannya, Amaq Nurdin yang
dikatakan dulu fanatik terhadap syariat Islam, kini malah menjadi orang
kedua, “Ia (Amaq nurdin) tidak pernah meninggalkan shalat dan menjadi
dan menjadi sesepuh kami di kampung Darek, kini ia telah menjadi
kepercayaan Datok, melakukan ajaran sesat,” jelasnya.
Amaq Nurdin dan istrinya, hanya bisa
termangu menyaksikan rumah yang sejak tiga bulan diurus dan pelihara,
ludes dalam sekejap dilalap api. “Saya hanya menjalankan ini, upah
makan karena saya miskin”, katanya saat dimintai keterangan terkait
keberadaannya ditempat tersebut selama ini.
Mungkin tidak mampu menahan emosi saat
diwawancarai wartawan, ia seperti orang kesurupan dan mengatakan jika
ia ingin membuktikan keberadaan Tuhan, “Siapa sebenarnya Tuhan, itu
yang saya cari,” katanya dengan badan kaku, seperti orang sedang
kesurupan.
Beberapa orang berusaha merangkulnya.
Demi terjadi hal yang tidak di inginkan. Amaq Nurdin berusaha diruqyah
dengan dibacakan ayat-ayat al-Qur’an oleh beberapa orang, hingga ia
sadar dan mengaku jika kelompok yang ia ikuti ini merupakan ajaran baik
yang juga mengajarkan kebaikan. Namun saat ditanya bacaan apa yang
diamalkan saat ritual dan kenapa meminum arak serta bercampur dengan
wanita saat ritual, ia tidak dapat menjawab.
Akhirnya meminta kepada aparat
kepolisian yang datang setelah pembakaran, untuk mengamankan Amaq
Kidin, panggilan akrab Amaq Nurdin, 50 tahun oleh aparat. Ia juga
digelandang di Mapolsek Pringgabaya. “Tidal malal (malam Minggu, red)
kami bersama warga ke TKP dan mengamankan 6 orang”, kata Kapolres
Peringge Baye, AKP Eko Mulyadi didampingi Wakapolres Lotim, Kompol
Darsono Setioaji SIK.
Bersama kelompok masyarakat yang
kontra, pihaknya berjumlah 18 orang mendatangi tempat tersebut dan
melakukan nego, hingga mengamankan sejumlah orang tersebut. “Kelompok
ini telah melakukan penistaan agama, adapun untuk pembuktiann aliran
ini masuk sesat atau bukan, masih perlu pembuktian”, jelas Darsono.
Pihak akan melakukan koordinasi dengan
Depag dan Bangkesbangpol, guna memastikan status kelompok tersebut
nantinya. Sementara beberapa anak buahnya dari Selong dan hingga Polsek
Pringgebaya terlihat sudah meluncur ke TKP. (Ial/radar-lombok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar