JERUSALEM (voa-islam.com) — Para
vandal membakar sebuah masjid di Israel utara, Minggu (2/10/2011)
malam. Serangan itu dicurigai sebagai balas dendam yang dilakukan
ekstremis kanan Israel. Para aktivis Islam menuding Pemerintah Israel
bertanggung jawab atas kejahatan ini.
Masjid yang terletak di desa kaum
Bedouin di Tuba Zangaria, wilayah Galilea utara itu, mengalami kerusakan
parah. Para pelaku pembakaran menuliskan kata-kata “price tag” dan
“balas dendam” di dinding masjid. Polisi melukiskan serangan itu sebagai
insiden price tag yang sangat parah —sebuah istilah yang
biasanya merujuk pada tindakan balas dendam para pemukim Yahudi di Tepi
Barat terhadap warga Palestina dan harta benda mereka.
Para penyerang juga menulis kata
“Palmer” di dinding masjid. “Palmer” dengan jelas merujuk ke Asher
Palmer, seorang pemukim Yahudi yang tewas bersama anak bayinya di bagian
selatan Tepi Barat pada 23 September lalu setelah mobilnya dilempari
batu oleh warga Palestina. Lemparan itu menyebabkan mobil tersebut
mengalami kecelakaan.
Selain itu, puluhan jilid mushaf Al-Qur'an hangus terbakar, jadi sasaran aksi vandalisme ekstremis kanan Israel itu.
Serangan malam itu memicu kemarahan di
desa tersebut. Beberapa ratus warga membakar ban dan mencoba untuk
memblokir jalan, kata polisi. Para pengunjuk rasa melempari polisi
dengan batu, yang menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa, kata
juru bicara polisi, Micky Rosenfeld. Ia mengatakan, perwakilan polisi
sedang berbicara dengan para pemimpin desa “dalam upaya untuk
menenangkan suasana”.
Komandan Polisi Distrik Utara Roni Attia menggambarkan serangan itu sebagai insiden price tag
yang sangat parah. Ia juga mengungkapkan, polisi membentuk tim
investigasi khusus untuk menangani kasus itu. Dia meminta warga untuk
menjaga ketertiban umum dan mengizinkan polisi menyelidiki kasus itu
tanpa gangguan.
Menanggapi insiden memalukan itu,
pemimpin Israel Netanyahu mengaku sangat terkejut. Ia berapologi bahwa
tindakan itu tidak sesuai dengan peradaban Israel.
“Gambar-gambar itu mengejutkan dan tidak
mewakili negara Israel. Ini sebuah tindakan yang bertentangan dengan
nilai-nilai negara Israel, yang menjunjung tinggi pentingnya kebebasan
beragama dan kebebasan beribadah,” kata Netanyahu. Pemimpin Israel itu
segera memerintahkan kepala dinas keamanan internal, Shin Bet, untuk
secepatnya menemukan mereka yang bertanggung jawab atas pembakaran
masjid tersebut”.
Sejumlah menteri Israel juga
berlomba-lomba mengecam serangan itu, tetapi aktivis Muslim menuduh,
mereka melakukan pembiaran dengan tidak melakukan pencegahan insiden
itu.
“Sebuah serangan terhadap tempat-tempat
suci merupakan tindakan mengerikan dan keji, yang tidak dapat
diabaikan,” kata Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Yitzhak
Aharonovitch.
Menteri Agama Yaakov Margi juga sangat
mengutuk serangan itu. Ia meminta polisi untuk menyeret para pelaku ke
pengadilan. “Saya berbicara dengan komisaris polisi dan telah diberi
perkembangan tentang penanganan polisi terhadap kasus itu dan tentang
tekad mereka untuk segera membawa para pelaku ke pengadilan,” ujarnya.
Meski pemerintah Israel berapologi
mengutuk pembakaran masjid, namun aktivis Muslim mendesak pemerintah
Israel untuk bertanggungjawab, karena mereka melakukan pembiaran dengan
tidak melakukan hal yang cukup untuk mencegah hal itu terjadi. Al-Aqsha
Foundation, yang berusaha untuk melestarikan tempat-tempat suci Muslim
di Israel dan wilayah Palestina, mengecam pemerintah karena tidak
berbuat cukup untuk mencegah serangan tersebut.
“Ini kejahatan terhadap rumah Allah dan
serangan serius terhadap tempat suci Islam. Pemerintah Israel
bertanggung jawab atas kejahatan ini,” kata yayasan yang merupakan
cabang dari Gerakan Islam Israel itu. [taz/kps, afp]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar