Jumat, 22 Juli 2011

GEERT SILDERS, POLI-TIKUS BELANDA ANTI ISLAM

Kebusukan Wilders Bikin Muslim Belanda Muak

AMSTERDAM (Berita SuaraMedia) – Lebih dari separuh penduduk Belanda keturunan Turki dan Maroko mengatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk pergi dari negara itu karena meningkatnya popularitas politisi anti Islam, Geert Wilders. Menurut hasil survey yang diumumkan pada hari Senin, sepertiga dari mereka mengatakan keinginannya untuk beremigrasi.
Program televisi Netwerk menyelenggarakan survei tersebut sebagai respon atas keberhasilan partai Wilders, Partai Kebebasan (PVV), dalam pemilu parlemen Eropa baru-baru ini. Lembaga penelitian Motivaction mewawancarai 319 orang Turki dan Maroko tentang perasaan mereka terhadap negara Belanda secara umum dan khususnya Wilders. Mayoritas (70%) Muslim Belanda adalah keturunan Turki atau Maroko.
Geert Wilders, anggota parlemen Belanda, telah mengeluarkan pernyataan memuakkan yang penuh kebencian dan mendorong diskriminasi dengan menyebut AL-Quran sebagai sebuah buku fasis, membandingkannya dengan buku Hitler Mein Kampf, dan mengobarkan kebencian dengan membuat film berjudul "Fitna".
Meskipun tiga perempat orang Belanda keturunan Turki dan Maroko itu mengatakan bahwa mereka telah menganggap Belanda sebagai rumahnya, 57% dari mereka kini tidak lagi merasa nyaman setelah meningkatnya popularitas PVV. Hampir tiga perempat dari mereka merasa bahwa Wilder telah mengintesifkan sentimen negatif terhadap umat Muslim di antara masyarakat Belanda.
Hampir 20% dari mereka setuju dengan Wilders dalam beberapa poin dan dapat menghargai mengapa orang-orang memilihnya. Namun, separuh dari responden juga berpendapat bahwa meningkatnya dukungan kepada Wilders membuat mereka merasa marah dan kecewa, 22% lagi mulai merasakan timbulnya rasa takut dan kebencian. Sembilan puluh persen merasa pemerintahan Wilders akan mengalami kegagalan, dan hanya 4% yang berpendapat Wilders akan mampu memberikan solusi atas persoalan-persoalan negara.
Survei itu menanyakan pada para responden apa yang mereka anggap sebagai strategi terbaik untuk melawan Wilders. Empat puluh persen berpikir bahwa kebijakan terbaik adalah dengan mengacuhkan PVV. Tiga puluh lima persen memilih untuk melakukan debat dengan Wilders dan pendukungnya. Dua puluh lima persen lebih menyukai aksi protes, dan 11% sisanya menginginkan dibentuknya partai politik Muslim untuk mewakili suara mereka.
Hasil penemuan survei itu dibenarkan oleh konselor Belanda kelahiran Turki, Hamit Karakus, di koran Senin de Volksrant. Karakus mengatakan bahwa meskipun anaknya berbicara dalam bahasa Belanda, memahami budaya Belanda, dan sangat terpelajar, mereka masih merasa tidak diterima dalam masyarakat Belanda. "Mereka bertanya-tanya tentang masa depannya di negara ini." Konselor itu meyakini bahwa popularitas PVV akan menumbuhkan dukungan terhadap minoritas muslim radikal di Belanda. (ri/nrc/iib) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar