Genocida dan Pemurtadan: Upaya Melenyapkan Identitas Islam Maluku
AMBON (voa-islam.com) – Upaya penghilangan identitas Islam dari jaziratul muluk (nama asli Maluku) oleh kaum salibis sudah berjalan ratusan tahun dari zaman penjajahan Portugis dan Belanda sampai zaman sekarang ini.
Berbagai usaha dilakukan oleh kaum
salibis pendengki tersebut, dari upaya genocida (pembantaian) sampai
gerakan pemurtadan yang terorganisir dan sistematis. Peristiwa Idul
fitri berdarah yang terjadi pada tanggal 19 januari 1999 hanyalah salah
satu upaya dari kaum salibis untuk menghilangkan identitas Islam dari
bumi Maluku.
Upaya pembantaian tersebut terus
berlanjut sampai tahun 2002 yang kemudian diulangi kembali pada tahun
2004 dan dicoba lagi pada tanggal 11 September 2011 lalu.
Yang tidak kalah mengerikan dari
pembantaian adalah upaya pemurtadan terhadap kaum Muslimin Maluku yang
dilakukan dengan terorganisir dan sistematis. Banyak fakta yang bisa
diungkap dari upaya penghilangan identitas Islam dari bumi Maluku
melalui gerakan pemurtadan.
Menurut penulusuran voa-islam.com di
wilayah Kotamadya Ambon, banyak fakta-fakta pemurtadan yang mengejutkan.
Beberapa daerah yang terdapat orang Islam yang murtad menjadi Nasrani
di antaranya Air Salobar, Ponegoro, Talake, Waihaong, Wayame, dan lain
sebagainya.
Talake adalah daerah yang berbatasan
langsung dengan komunitas Nasrani. Sedikitnya ada 8 wanita muslimah yang
murtad menjadi Kristen, antara lain:
1. Ny E (40 th). Wanita ini menikah dua
kali. Pernikahan yang pertama kali dengan laki-laki muslim dan
dikaruniai seorang anak. Setelah ia bercerai dengan suaminya yang
pertama ia menikah lagi dengan pria Obet, sebutan untuk Kristen Ambon
dan dikaruniai dua orang anak. Wanita yang telah murtad ini sekarang
bermukim di pemukiman Kristen di Maedika.
2. Ny R (30 th). Pegawai salah satu bank
pemerintah ini murtad juga karena menikah dengan pria Kristen, bahkan
sekarang ia menjadi salah satu pengurus dan aktivis gereja. Sekarang ia
bermukim di Mardika bersama anak dan suaminya.
3. Ny AP (60 th). Wanita tua ini murtad
menjadi Kristen juga setelah menikah dengan pria Kristen. Ia sekarang
sudah dikaruniai 4 orang anak.
4. Ny GS (25 th). Ia murtad karena
menikah dengan pria Kristen. Wanita yang telah dikaruniai seorang anak
ini sekarang bermukim di wilayah Kristen Mardika bersama suaminya.
5. Ny FS (30 th). Seperti kebanyakan
wanita Ambon yang murtad, Ny FS ini juga murtad menjadi Kristen setelah
menikah dengan pria Obet. Sekarang ia telah memiliki seorang anak dan
bermukim di Mardika bersama suami dan anaknya.
6. Ny R (45 th). Wanita yang telah memiliki 3 orang anak ini murtad menjadi Nasrani juga karena mengikuti suaminya yang Nasrani.
7. Ny AA (50 th). Setelah murtad
mengikuti suaminya yang Kristen keberadaan Ny AA tidak diketahui oleh
banyak orang yang dulu bertetangga dengannya.
8. Ny S (janda). Janda muslimah ini
murtad setelah hidup tanpa ikatan pernikahan (kumpul kebo) dengan pria
Kristen. Ny S dikaruniai 2 orang anak. salah satunya laki-laki bernama T
berumur sekitar 11 tahun.
Menurut warga setempat, sebelum Ny S
hidup satu rumah dengan pria Kristen, anaknya yang bernama T itu rajin
mengaji dan belajar Al-Qur’an di masjid. Namun sejak ibunya hidup
serumah dengan pria Obet, T tidak pernah lagi mengaji di masjid.
Ketika voa-islam.com bertanya langsung kepada T, kenapa ia tidak mengaji lagi, ia hanya terdiam tak menjawab.
Para tetangga menduga, Ny S hidup
serumah dengan pria Kristen karena faktor ekonomi. Dan sekarang
kehidupan ekonomi Ny S cukup mengalami sedikit peningkatan karena ia
sekarang berjualan makanan di halaman salah satu kampus Kristen terbesar
di Maluku.
Fenomena pemurtadan seperti ini tentunya
cukup memprihatinkan bagi kita. Seorang ibu muda yang bermukim di
Talake mengatakan kepada voa-islam.com bahwa masyarakat muslim Ambon
membutuhkan pembinaan agama. Wanita yang tidak mau dituliskan namanya
ini juga menyesalkan kurangnya kepekaan para pemuka agama Islam di Ambon
yang kurang peduli dengan maraknya gerakan pemurtadan. “Katong berharap
ada ustadz yang mau membina anak-anak muda di sini sekalian juga
memberi pengajian bagi ibu-ibu di sini, supaya katong pung aqidah kuat,”
ujarnya dalam bahasa khas Ambon. [taz/af]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar