Setelah pindah agama dari Syi’ah tahun 1980, Reza Fakour Safa menulis buku kesaksian rohani berjudul “HIDUP SEJATI: Seorang Muslim Syi’ah Yang Fanatik Menceritakan Sejarah Hidupnya.” Secara provokatif, pengalaman rohani dari sekte Syi’ah menjadi evangelis Kristen itu dipublikasikan secara utuh dalam situs dengan domain islami www.agama.islam###.com.
Kesaksian Reza dimulai dari kelahirannya di Teheran, ibukota Iran, dalam keluarga besar Syi’ah. Lalu Reza bercerita tentang pengalaman ritualnya ketika menjadi pengikut fanatik Syi’ah, di antaranya haji bersama keluarga ke kota Mashad (tempat tinggal kedelapan imam) dan ritual bulan suci Muharram. Muharram adalah bulan ratapan untuk mengingat kematian para imam sebagai martir.
Asal-mula masuk Kristen bermula ketika Reza pindah ke Swedia pascarevolusi Iran. Di Swedia, Reza berkenalan dengan gadis Kristen fanatik asal Amerika yang sangat memikat hatinya. Reza pun menyebut Swedia sebagai “tempat terindah di bumi.” Sejak mengenal gadis Kristen itu, Reza terpikat mempelajari Kristen, hingga masuk Kristen di sebuah Katedral tua di kota.
Reza pun menjadi evangelis yang mengobral testimoni fantastis dan tidak masuk akal. Reza mengaku telah memberitakan Injil dan bermukjizat di lebih dari tiga puluh negara, di mana dalam sekali khotbah, 20 ribu orang Islam berhasil dikristenkan dan ratusan orang berhasil disembuhkan. Reza menulis sbb:
“Di mana pun Reza berkhotbah, ia melihat ribuan orang diselamatkan dan mukjizat kesembuhan karena kuasa dalam Nama Yesus.
Di atas sebuah panggung kayu yang sederhana di Karaköl, sebuah kota berpenduduk Muslim di bekas negara Uni Soviet, berdiri seorang pengkhotbah. Ribuan orang Muslim memandangnya dengan sungguh-sungguh, ingin sekali mendengar khotbahnya. Kebanyakan dari mereka belum pernah satu kali pun mendengar kabar baik tentang Yesus Kristus sepanjang hidup mereka. Dia mulai menyampaikan pesan Injil yang sederhana, menunjuk kepada Yesus sebagai Juruselamat satu-satunya yang dapat menolong mereka.
Suasana kebaktian penginjilan di ruang terbuka itu penuh dengan pengharapan ketika dia mengundang orang-orang yang ingin menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka datang ke depan panggung. Hampir seluruh pengunjung bergerak maju ke depan panggung. Pengkhotbah tersebut memimpin mereka dalam doa pengampunan dosa dan keselamatan. Kemudian dia berdoa dalam Nama Yesus bagi orang-orang yang sakit, dan seketika terjadi ratusan mukjizat penyembuhan. Seorang wanita yang kedua telinganya telah tuli selama 15 tahun menjadi bisa mendengar kembali dengan sempurna. Beberapa anak kecil yang lahir pincang mulai berjalan dengan normal untuk kali pertama dalam hidup mereka. Orang-orang buta menjadi melek dan melihat. Seorang anak kecil yang mengalami masalah pada tulang pinggulnya sembuh seketika. Ibunya menangis terharu dan sukacita melihat putranya melepaskan tongkat penopangnya dan berlari mengitari panggung.
Dalam kebaktian penginjilan tiga hari tersebut, hampir 20.000 orang Muslim menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat; dan ratusan orang yang sakit penyakit disembuhkan oleh kuasa Allah. Rombongan yang menyertai pengkhotbah ini membagikan secara cuma-cuma ribuan Alkitab kepada petobat baru, yang ingin tahu lebih banyak mengenai Yesus.”
Reza mengaku bahwa segala mukjizat itu dilakukan hanya dengan nama Yesus. “Segala perkara menjadi mungkin dengan mengandalkan Nama Yesus. Allah telah memberi-Nya Nama di atas segala nama,” tulisnya.
Hanya dalam satu kali khotbah penginjilan, 20 ribu umat Islam berhasil dikristenkan? Luar biasa kesaksian pendeta bekas Syi’ah ini. Sehebat apa retorika Pendeta Reza Fakour Safa?
Lalu hanya dengan doa dalam nama Yesus, ratusan orang berpenyakit fisik disembuhkan seketika tanpa terapi medis. Hanya dengan doa dalam nama Yesus dalam satu acara, orang buta sembuh melek seketika, orang tuli bisa langsung mendengar sempurna, orang pincang bawaan lahir bisa berjalan normal? Semudah itukah penyakit jasmani disembuhkan hanya dengan modal doa dalam nama Yesus?
Seandainya kesaksian Pendeta Reza itu benar, maka rumah sakit Kristen dan fakultas kedokteran di universitas Kristen harus bangkrut. Kalau doa dalam nama Yesus bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit fisik, seharusnya orang Kristen yang sakit tidak perlu berobat ke dokter. Cukup dengan doa pendeta dalam nama Yesus, tentunya lebih hemat dan tak perlu biaya apapun.
Kalau Pendeta Reza benar bahwa doa dalam nama Yesus bisa menyembuhkan segala macam penyakit fisik, maka fakultas kedokteran harus ditutup karena memboroskan energi dan biaya. Seharusnya fakultas kedokteran diganti dengan fakultas “doa penyembuhan dalam nama Yesus,” supaya lebih hemat, praktis, efektif dan efisien.
Tapi kesaksian itu murni bohong besar dan sangat tidak masuk di akal. Reza menulis: “Hampir seluruh pengunjung bergerak maju ke depan panggung.” Padahal sebelumnya dijelaskan bahwa panggungnya sangat sederhana terbuat dari kayu. Bisa kita bayangkan jika 20 ribu orang merangsek ke panggung kayu yang sederhana? Bisa-bisa orang yang sedang sakit fisik bukan mendapatkan kesembuhan, justru bisa mati tergencet massa puluhan ribu.
Kesaksian Pendeta Reza itu bertolak belakang dengan pengalaman umat Kristen di Indonesia. Jangankan satu orang pendeta menyembuhkan ratusan orang sakit, sedangkan puluhan ribu pendeta, penginjil dan jemaat Kristen berdoa dalam nama Yesus saja tak mampu bermukjizat menyembuhkan kebutaan seorang Gus Dur. Gelora Bung Karno Jakarta menjadi saksi bisu kegagalan mukjizat umat Kristiani dalam acara National Prayer Conference tanggal 12-16 Mei 2003 itu, padahal doa penyembuhan mata Gus Dur itu dipimpin oleh pendeta kelas dunia, Cindy Jacob dari Amerika.
Kegagalan puluhan pendeta dan jemaat untuk menyembuhkan satu orang itu adalah fakta yang terdokumentasi baik dalam video. Sedangkan testimoni Pendeta Reza bahwa dirinya sukses menyembuhkan ratusan orang dengan doa dalam nama Yesus, adalah pengakuan sepihak yang tak ada buktinya sama sekali, tak ada foto dokumentasinya, bahkan tidak dicantumkan tanggal acaranya.
Bisa jadi ini adalah doktrin Taqiyyah Syi’ah yang masih dipelihara karena dianggap relevan dalam agama barunya.
BAHKAN PAUS SAJA TAK PERCAYA
Kesaksian Pendeta Reza Fakour Safa bahwa ia bisa menyembuhkan ratusan orang yang menderita berbagai penyakit hanya dengan doa dalam nama Yesus, adalah bualan yang semberono.
Faktanya, pimpinan tertinggi umat Katolik sedunia, Paus Yohanes Paulus II saja kalau sakit menempuh jalur medis di rumah sakit. Saat menderita flu dan penyakit ringan lainnya, Paus berobat ke rumah sakit, bukan hanya berdoa dalam nama Yesus. Ketika mengidap tumor intestinal pada tahun 1992, Paus asal Polandia yang bernama asli Kardinal Karol Wojtyla ini harus menjalani bedah besar di RS Gemelli untuk membuang tumornya, bukan bermukjizat dengan doa dalam nama Yesus.
Bahkan akhir kematian Paus pada hari Sabtu (2/4/2005) pun terjadi di rumah sakit, karena menderita Septic Shock (antara lain akibat infeksi saluran kemih) dan gagal jantung. Berbagai penyakit yang diderita Paus antara lain Parkinson, gangguan pernafasan dan tenggorokan, prostat dengan komplikasi urosepsis, hipertensi serta ischemic cardiopathy.
Jika doa dalam nama Yesus itu benar-benar ampuh untuk menyembuhkan berbagai penyakit, seharusnya Sri Paus yang bergelar Bapa Suci (Holy Father) ini tak perlu repot-repot mengontrak suite khusus di lantai 10 rumah sakit Gemelli di pinggiran Roma.
Fakta-fakta ini membuktikan bahwa doktrin penyembuhan berbagai penyakit dengan doa dalam nama Yesus itu diragukan dan tidak dipercaya oleh umat Kristen sendiri.
Reza mengaku bahwa segala mukjizat menjadi mungkin dengan mengandalkan Nama Yesus. Dalam Nama Yesus segala perkara yang mustahil menjadi mungkin. Yang buta melihat, yang tuli mendengar, yang lumpuh berjalan. Slogan ini mengacu pada ayat Bibel:
“Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Markus 16: 17-18).
Ayat ini tidak bisa dijadikan pedoman, karena sudah diakui sebagai ayat palsu oleh para penerbit Bibel sendiri.
International Bible Society menyebutkan: “The earliest manuscript and some other ancient witnesses do not have Mark 16:9-20.” (Manuskrip yang paling tua dan beberapa naskah kuno tidak memiliki Injil Markus 16:9-20).
Di tanah air, pada tahun 1977-1978, Lembaga Biblika Indonesia juga mengakui dengan jujur kepalsuan ayat tersebut: “Bagian akhir Markus, ay. 9-20, berceritera mengenai penampakan-penampakan Yesus. Ini memang termasuk ke dalam Kitab Suci, tetapi agaknya tidak termasuk Injil Markus yang asli.”
Jika ayat yang jadi pedoman terbukti palsu, maka doktrin penyembuhan berbagai penyakit dengan doa dalam nama Yesus pasti tidak terbukti. Jangankan menyembuhkan penyakit buta, tuli dan lumpuh sejak lahir, bermukjizat menyembuhkan penyakit ringan seperti panu, kadas, kurap dan koreng pun belum tentu bisa.
Terhadap Pendeta Reza Fakour Safa dan para pendeta lainnya yang mengklaim punya mukjizat bisa menyembuhkan penyakit hanya dengan doa dalam nama Yesus, perlu diuji secara terbuka untuk menyembuhkan orang-orang buta, tuli dan lumpuh. Syaratnya, orang yang sakit harus disediakan oleh panitia, bukan direkayasa oleh para penginjil itu. [A. Ahmad Hizbullah MAG/Suara-Islam]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar